Welcome to the Neo Area

Di blog ini, saya akan menampilkan artikel-artikel saya, buku harian saya, dan catatan-catatan tentang saya, disini saya juga akan mengisi berita-berita dan artikel tentang masalah, Ac Milan, Persebaya, Timnas Indonesia, dll. saya akan berusaha membuat blog ini kental akan sepak bola,,

Selasa, 26 Oktober 2010

Deklarasi Indonesia Primer League

Surabaya (beritajatim.com)--Bertempat di Kota Semarang, Jateng, sebanyak 17 tim mendeklarasikan bakal tampil dalam Liga Primer Indonesia (LPI). Sejarah baru sepekbola nasional. Model kompetisi sepakbola di Indonesia kembali melalui dua pintu: LSI dan LPI.

Penggagas dan tokoh utama di balik LPI Arifin Panigoro mengatakan bahwa LPI akan dikelola secara profesional dan transparan. Tidak ada lagi istilah nonteknis dalam setiap pertandingan yang digelar. Prinsip fair play akan benar-benar ditegakkan. "LPI lahir semata-mata demi peningkatan prestasi sepakbola nasional," tegas Arifin disambut aplaus peserta deklarasi.

Pun demikian, kata AP--panggilan akrab Arifin Panigoro--LPI dihelat bukan untuk menandingi kompetisi yang sudah ada. Dia menegaskan pihaknya hanya ingin menggelar kompetisi yang lebih bersih.

Ya, sepakbola dengan muatan nonteknis selama ini ibarat hantu atau kentut. Bisa dirasakan dampaknya, namun secara fisik tak pernah bisa dilihat dan dibuktikan. Kanker sepakbola hakikatnya ada 2 jenis. Pertama, suap menyuap, pengaturan skor, wasit dan perangkat pertandingan yang telah diatur dan tak fair play, dan lainnya. Kutub lainnya adalah radikalisasi penonton (hooligan).

Memecahkan problem radikalisasi penonton (hooligan) mungkin lebih mudah dibandingkan kultur suap menyuap dan pengaturan skor. Sebab, hooligan itu terlihat kasat mata, sedangkan suap menyuap bergerak seperti kentut. Tak bisa dilihat secara fisik dan tak kasat mata. Tahu-tahu klub yang secara teknis unggul dikalahkan karena dinamika di lapangan yang direkayasa kekuatan di luar lapangan.

LPI seperti dikatakan AP berusaha keras menghilangkan aspek nonteknis di sepakbola nasional. Kalau kultur nonteknis itu masih melekat kuat di sepakbola nasional, maka pemain dan klub itu tak bisa menggambarkan kekuatan sebenarnya. Ukurannya sangat gampang, yakni ketika Timnas Indonesia bertanding di level internasional, mereka tak mampu banyak berbicara. Kalah melulu dengan skor telak. Sebab, di pertandingan level internasional unsur nonteknis itu kagak laku lagi.

Harapan kita LPI mampu menumbuhkan dan menghidupkan kultur profesionalisme di sepakbola nasional. Tingggalkan semangat amatirisme di dunia sepakbola nasional. Semangat amatirisme tak mendudukkan spirit sportifitas dan fair play dalam nilai strategis dan luhur sepakbola. Nilai-nilai luhur itu coba digantikan dengan gengsi, vested interest, dan ambisi politik, dan lainnya. Sehingga membuyarkan makna pembinaan dan pengembangan sepakbola itu sendiri.

Tanpa adanya terobosan luar di dunia sepakbola nasional--harapan kita LPI salah satunya--jangan coba berbicara banyak prestasi sepakbola nasional di level internasional. Tinggalkan sepakbola nonteknis yang tak punya formula dalam mengantisipasinya. Dan di level internasional itu aspek nonteknis dalam sepakbola itu hampir-hampir tak ada. Yang ada di level internasional adalah scientific football. Pembinaan dan pengembangan sepakbola dengan memakai nilai-nilai dan prinsip ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar