Welcome to the Neo Area

Di blog ini, saya akan menampilkan artikel-artikel saya, buku harian saya, dan catatan-catatan tentang saya, disini saya juga akan mengisi berita-berita dan artikel tentang masalah, Ac Milan, Persebaya, Timnas Indonesia, dll. saya akan berusaha membuat blog ini kental akan sepak bola,,

Sabtu, 27 November 2010

PSSI Dalang Munculnya Persebaya Kembar

Siapa yang menyangkal, Persebaya Surabaya adalah salah satu tim besar di Indonesia. Siapa yang menyangkal, Persebaya adalah magnet bola di tanah air yang memiliki sistem pembinaan yang diakui sebagai terbaik di Indonesia. Klub berjuluk Bajul Ijo ini lahir sebelum PSSI dibentuk. Selain itu Persebaya adalah satu di antara sekian tim yang menjadi pelopor pembentukan otoritas tertinggi sepakbola di Indonesia ini.

Sayang, saat ini Persebaya sedang berduka. Tim yang identik dengan warna hijau ini 'dipaksa' menjadi dua, yakni versi Divisi Utama (DU) da Indonesia Premiere League (IPL). Kedua belah pihak sama keras kepalanya. Kedua belah pihak sama-sama tidak mau mengalah dengan alasan penyelamatan untuk tim kebanggan Kota Pahlawan. Kedua belah pihak akhirnya sama-sama menggunakan nama Persebaya.

Memang di tahun 2010 ini, banyak klub yang mengalami perpecahan. Kebanyakan mereka merasa tidak puas dengan kinerja PSSI dan PT Liga Indonesia (PTLI). Mereka pun memilih mengikuti kompetisi anyar yang dijanjikan bakal full profesional. Kompetisi bentukan Arifin Panigoro bertitel IPL.

Sejak IPL didengungkan, banyak klub mulai goyah imannya. Mereka yang selama ini nurut dengan PSSI berubah menjadi pemberontak. Imbasnya, internal tim itu sendiri pun bergejolak. Ternyata tak semua pengurus berani menjadi 'bad boy'. Ada pula pengurus yang memilih menjadi 'anak baik'. Alhasil tim itu pun akhirnya pecah. Tapi dari sekian klub yang terpecah menjadi dua, boleh dibilang Persebaya adalah tim terparah.

Di Makassar, perpecahan PSM Makasar berlangsung damai. Meski mengaku tidak puas dengan PSSI, tim PSM tetap bermain di Superliga. Mereka pun membentuk satu tim lagi, yakni PSM Premiere League (PSM PL) yang kini bnerganti nama menjadi Makassar City. Pun jua terjadi di PSIS Semarang dan beberapa klub lainnya. Tapi di Surabaya, perpepcahan berlangsung seru.

Bak anggota legislatih atau eksekutif yang sedang berkampanye. Kedua belah pihak sama-sama merasa paling benar. Serangkain bukti ditunjukkan. Yang satu merasa paling sah karena mendapat dukungan dari PSSI. Sedangkan yang satu merasa sah karena dilandasi dasar hukum dan akta notaris. Sebenarnya, mengapa pembelahan diri di Persebaya berlangsung sengit dan siapa biang di balik semua ini. Mari kita runtut bersama.

Minggu (3/11/2010) siang di salah satu ruang di RM Taman Sari, Pengcab PSSI Surabaya versi Utami melakukan rapat kerja (raker) di salah satu ruang RP Taman Sari. Entah dari mana awalnya, raker tersebut menjadi embrio pembentukan tim Persebaya Surabaya yang akan berlaga di kompetisi Divisi Utama. Saat itu, Ketua Umum Pengcab versi Utami, Wisnu Wardhana mengungkapkan, tim Persebaya bentukannya akan menggunakan dana APBD. Ia juga menegaskan timnya bakal berlaga di kompetisi Divisi Utama.

Selang 12 hari, atau tepatnya, Jumat (15/10/2010) siang, dilakukan lagi pertemuan di rumah dinas Wisnu, di daerah Jambangan, Surabaya. Agenda pertemuan itu adalah Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub) Persebaya Surabaya dan dihadiri 14 klub. Saat itu, penulis tergelitik dengan istilah Muscablub. Sebab setahu penulis, tidak ada Muscablub di Persebaya. Kalau di Pengcab PSSI Surabaya, iya.

Dari pertemuan itu, Wisnu mengangkat dirinya sebagai Ketua Umum Pengcab sekaligus Ketua Umum Persebaya DU. Pria kelahiran Malang ini menceritakan, dirinya sudah bertemu dengan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, Rabu (13/10/2010) silam. Dalam pertemuan itu, selain menggaransi Persebaya bakal tetap di Divisi Utama, Nurdin juga memberikan mandat dan kuasa penuh kepada PSSI cabang Surabaya untuk menyelesaikan masalah sepakbola di Surabaya.

Agar tidak dikira hanya membual, Wisnu pun menunjukkan surat mandat dengan nomor 2503/PGD/72/X-2010 yang ditandatangani Nurdin dan Nugraha. "Dan inilah Persebaya yang akan masuk di Divisi Utama. Kalau Persebaya tidak bisa masuk di Divisi Utama, maka Persebaya akan hilang," katanya saat itu. Dari sinilah awal kisah dimulai. Bak protozoa atau hewan bersel satu, Persebaya pun resmi membelah diri menjadi dua, Du dan IPL.

Boleh dikata, dalam proses pembelahan diri Persebaya, campur tangan PSSI sangat ketara. Organisasi yang pamornya setara dengan pamor presiden ini membangun jalan bypass dengan dengan mengeluarkan surat mandat untuk Pengcab. Padahal jika menilik segi organisasi, Pengcab berafiliasi dengan Pengprov. Sedangkan Pengprov berafiliasi dengan PSSI pusat. Ironis, sebab jalur organisasi ini dipangkas oleh ketua organisasi itu sendiri.

Selain itu, yang tidak disadari oleh Wisnu, antara Pengcab PSSI Surabaya dengan PS Persebaya Surabaya sudah 'pisang ranjang' sejak 2006 silam. Seperti yang penulis jelaskan di awal, Persebaya sebagai salah satu klub berafiliasi langsung dengan PSSI. Sedangkan Pengcab memiliki jalur yang berbeda. Tapi masalahnya, banyak yang mengartikan Ketua Pengcab secara ex officio akan jadi Ketua Umum Persebaya. Jadi jelas sudah kan bagaimana campur tangan PSSI dalam pembentukan Persebaya DU.

Sementara itu, kepindahan Persebaya ke kompetisi IPL bentukan Arifin Panigoro tak lepas dari kekecewaan mereka terhadap kinerja PSSI. Apalagi sebelum Kongres Sepakbola Nasional (KSN) digulirkan, Saleh Mukadar dikenal sebagai orang yang sangat vokal dan tukang kritik. Mantan Ketua Umum KONI Surabaya ini tak segan membangkang bila ada keputusan atau tindakan PSSI yang berat sebelah.

Puncaknya saat PSSI menganulir hukuman kemenangan WO Persebaya atas Persik Kediri. Kabar yang berhembus, PSSI sengaja memberikan 'hadiah' ke Pelita Jaya yang saat itu sudah dipastikan bakal terdegradasi. Mengapa Pelita Jaya, maklum, klub ini adalah milik penguasa sepakbola Indonesia sekaligus majikan Nurdin, Nirwan Bakrie. Lalu dibuatlah drama pertandingan ulang dirangkai sedemikian rupa sehingga menghasilkan ending yang 'lucu'

Persik dinyatakan menang meski mereka akhirnya juga terdegradasi ke Divisi Utama. Padahal jelas-jelas tim Macan Putih gagal menggelar pertandingan kandang mereka selama tiga kali. Tapi PSSI tetap tutup mata. Akibatnya kemerahan Bajul Ijo semakin menjadi. Mereka pun memutuskan terjun bebas ke Divisi Utama. Bak mendapat durian runtuh sepohonnya, Pelita Jaya berhak menempati kursi Persebaya sebagai pemilik hak untuk pertandingan playoff. Pelita pun selamat tanpa mengucurkan keringat yang berarti.

Jelas sudah bagaimana tangan 'jahil' PSSI berperan dalam perpecahan di internal Persebaya. Mulai dari skenario pertandingan ulang hingga pembentukan Persebaya 'tandingan'. Menariknya, karena tidak ingin tangannya 'kotor', PSSI pun menggunakan pion-pion, mulai dari Persik hingga Wisnu Wardhana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar